Kota pintar: Dinamika Daya Baru & Sistem Transportasi Cerdas – Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada tahun 2030, dunia akan mencapai tingkat urbanisasi sebesar 60,4%. Pengembangan dan penerapan teknologi akan memainkan peran penting dalam cara kota-kota masa depan memanfaatkan penggunaan data – khususnya dalam konteks mobilitas dan transportasi. Seiring kota pintar beralih dari model “kepemilikan” ke model “penyediaan layanan transportasi”, peran para pelaku publik juga akan berubah. Hal ini sebagian besar terjadi karena peran para pelaku publik dan swasta yang terlibat akan semakin menyatu.
Saat ini, terdapat pemisahan antara layanan mobilitas “klasik” yang sering ditawarkan oleh sektor publik (seperti kereta api, bus, kereta bawah tanah) dan layanan mobilitas baru (berbagi tumpangan, naik taksi, skuter listrik, dll.) yang ditawarkan oleh perusahaan swasta. Namun, di kota pintar, akan ada tingkat koeksistensi dan konvergensi yang lebih tinggi dari penyedia layanan ini. Kota pintar akan memiliki sistem data pusat di area mobilitas utama, yang akan membuat cara data diatur dan diproses lebih efisien – sehingga memungkinkan layanan baru. https://americandreamdrivein.com/

Dalam struktur baru ini, aktor publik akan sering mengambil posisi sentral. Mereka akan sering menjadi (i) penyedia kerangka hukum dan administratif, (ii) salah satu penyedia layanan utama, dan (iii) pembuat keputusan akhir tentang aktor lain mana yang diizinkan untuk menawarkan layanan mereka dalam sistem. Meskipun mereka tentu saja membutuhkan aktor swasta sebagai mitra, konvergensi semacam itu dalam banyak proyek akan memengaruhi interaksi dan persaingan para aktor.
Contoh terkini: Undang-undang baru Jerman tentang mengemudi otonom
Undang-undang Jerman tentang Mengemudi yang Sangat dan Sepenuhnya Otomatis dari tahun 2017 hanya mencakup model “kepemilikan”, yaitu penggunaan mobil semacam itu secara pribadi. Namun, undang-undang baru yang baru-baru ini disahkan oleh parlemen Jerman memiliki fokus yang sangat berbeda: undang-undang tersebut mengalihkan penekanan dari kepemilikan pribadi atas “mobil otonom” ke operasi publik “mobil pengangkut orang”. Akibatnya, peran dan dinamika antara aktor publik dan swasta akan berubah. Dalam langkah selanjutnya menuju mengemudi otonom ini, angkutan yang sepenuhnya otonom akan dapat digunakan mulai tahun 2022 untuk operasi reguler (di area operasi yang ditentukan) di jalan umum, yaitu SAE Level 4.
Ini akan dilakukan tanpa pengemudi fisik yang hadir di dalam kendaraan. Berdasarkan undang-undang baru, kendali atas setiap kendaraan otonom akan dilakukan oleh “pengawas teknis” jarak jauh, seseorang yang, dalam kasus individual, dapat menonaktifkan atau mengaktifkan manuver mengemudi dari luar kendaraan. Namun, mereka tidak diharuskan untuk terus memantau kendaraan yang beroperasi secara otonom.
Catatan penjelasan Pemerintah Jerman untuk rancangan undang-undang tersebut menunjukkan perubahan fokus pada mobilitas bersama dan banyak layanan yang akan ditawarkan di kota pintar. Contoh yang tercantum termasuk angkutan perusahaan untuk transportasi karyawan, perjalanan antara pusat perawatan medis dan panti jompo, perjalanan layanan dan pasokan untuk orang-orang dengan mobilitas terbatas, dan kendaraan yang lebih kecil dan lebih besar di angkutan umum untuk memenuhi berbagai kebutuhan transportasi penumpang di kotamadya.

Penerapan ITS di kota pintar
Kota pintar pada dasarnya adalah ruang perkotaan yang digerakkan oleh data. Akibatnya, penggunaan ITS menjadi dasar arsitektur kota pintar. Penerapan ITS berarti integrasi teknologi informasi dan komunikasi canggih ke dalam infrastruktur mobilitas kota.
Dari perspektif tata kelola, pengumpulan dan pemrosesan data mobilitas (seperti perilaku lalu lintas jalan, kondisi cuaca, dan penggunaan rute tertentu) akan menjadi dasar pengambilan keputusan yang tepat. Mengingat hal ini, pertukaran data – baik di antara peserta lalu lintas maupun antara peserta lalu lintas dan infrastruktur kota – dapat digunakan untuk (i) menciptakan transisi yang lancar dari model saat ini ke model “penyediaan layanan” yang dijelaskan di atas, tetapi juga untuk (ii) menciptakan manfaat nyata bagi pengguna jalan.
Manfaat utama yang paling sering dikaitkan dengan ITS adalah manajemen lalu lintas. Meskipun ini benar, teknologinya tidak terbatas pada penggunaan infrastruktur jalan yang lebih efisien. Selain menyalurkan lalu lintas melalui kota dengan lebih baik, ITS juga dapat digunakan untuk memengaruhi perilaku pengemudi (tunggal), serta perilaku lalu lintas masyarakat umum dan memantau penerapan peraturan lalu lintas jalan.
Penutup
Akhirnya, seiring dengan semakin gencarnya upaya menuju keberlanjutan dan mobilitas hijau, penggunaan ITS juga dapat menguntungkan lingkungan melalui optimalisasi perjalanan dan armada. Misalnya, kemampuan untuk mengidentifikasi rute paling efisien untuk mengirimkan barang dapat mempercepat pengiriman, tetapi juga meningkatkan pengelolaan jejak karbon dan pengurangan emisi secara umum.